Tinta Embun

Jumat, 18 Agustus 2017

Siapalah Diri Kita?

:. Tidak ada manusia yang maksum seperninggal Rasulullah shallallahu 'alayhi wa salam.

Siapalah diri kita? Manusia pendosa yang terus berbuat dosa dan maksiat. Hanya saja Allah tutupi Aib dalam diri kita
Lalu sadarkah kita?

Apakah kita menganggap diri kita maksum daripada yang lainnya?

Sehingga ketika ada kesalahan dari oranglain bukannya meluruskan malah membiarkannya jatuh ke dalam kubangan.
Mencaci,mencercanya,menghujjah habis habisan
Dan lupa untuk berkaca

Siapalah diri kita?
Kita adalah Manusia yang fakir akan ilmu agama

Lalu mengapa masih sombong dan jahat perkataannya?

Mengghibahi dan mencela ketika ustadz salah dalam berkata dan bertindak.

Sekali lagi
Apakah kita menanggal diri kita maksum dari yang lainnya.
Sehingga kita lupa kita juga perlu bermuhasabah

Naudzubillaah...

Jika orang yang berbuat dosa tidak boleh memberi nasihat pada orang yang berbuat maksiat.

Maka siapa lagi yang memberi nasihat setelah Rasulullah shallallahu 'alayhi wa salam wafat?
-pepatah arab-

Allahummaghfirlana..
Nash alullaha assalamah wa aafiyah

Dia, Insan Lemah

Mentari tenggelam meninggalkan corak keemasan
Menutupi jagat sampai pagi buta
Di bumi ada insan lemah tertegun merunduk malu
Menyembunyikan kelopak mata, menyerupa bak sengatan lebah

Dari balik bening kacamatanya sesekali tampak pada sudut mata, genangan siap tumpah
Jatuh menjalar mengena muka
Apa yang tengah terjadi? dia diam beribu bahasa
Dia tetap diam dengan wajah kusut

Tertegun, tiap tatapan asing menatap seakan bertanya "kenapa?" Ah, siapa? perlu apa?!

Dia, si wanita berjubah hitam. Insan lemah
Mengadah, mengharap hari berlalu
Terlupa dari rasa beku, lekas cair
Segera, membentuk pahatan baru

Tak Usah Berharap

Berharap pada manusia sama saja menggenggam pecahan kaca
Menuai luka..
Sebab tidak semua orang mengerti peluhmu
Tentang kedalaman jiwamu

Walaupun dengan melirihkan suaramu
Kau tetap menjadi terdakwah!

Bukankah lebih baik diam
Menyimpan rahasia hati
Cukupkan DIA sebagai pengerti
Sebagai satu-satunya sumber kekuatan diri

Untuk bertahan dan menahan
Menghadapi kesulitan dan ujian

Pelesir Alam

Ragam kisah terlampau berkala
Berapa lama terus terlena di setiap jeda
Sehingga masalah menjadi pembuka
Atas segala kepenatan

Lalu,
Kapan kita beranjak dari ruang sempit ini
Menjejakan kaki pada alam bebas
Menghirup aroma segar ranting-ranting basah

Kalut

Tak sebaik deritamu

Bila harus menerobos ruang hati

Juga tak seindah amarahmu

Yang mematahkan relung hati


Ada yang bicara

Ku tak mau dengar

Ia mungkin ungkapan hati

Yang tak ku balas dengan hormat