Tinta Embun

Selasa, 06 Desember 2016

Aku, Kamu, dan Secarik Kisah Kita..




   Hari itu seperti kebanyakan orang mengatakannya hari sakral dimana kita menyatu dalam ikatan suci. masing-masing jiwa saling memberi, saling melengkapi, dan saling mengasihi
Mulailah kita berlayar bersama bahtera cinta yang hanya berisi beberapa muatan. terlebih pemberian dari sanak saudara serta keridhoan orangtua.
Kau ingat kita menapaki hari  darimana? ya, tentunya kau ingat begitupun aku. bukankah kita saling bertukar cerita lalu membuat peraturan baru?  salah satunya adalah kemanapun kau pergi aku harus selalu bersamamu (heuheu) lucu atau sangat konyol? menurutku sedikit lebay ya? tapi, rupanya kamu memang berusaha memahamiku, kamu begitu mengerti bahwa aku masih butuh sedikit waktu untuk beradaptasi. kamu memang top! :')

   Hari demi hari kita lalui masih bersama cerahnya awan biru dan gemerlap bintang di malam hari. hingga tiba pada suatu waktu kita dihadapkan dengan ujian..
Ujian?  ya, hadirnya yang tak pernah diingini seakan membuat para hati memalingkan diri, dan tak  bisa dihindari. Kendaraan satu-satunya yang kita miliki dirampas oleh tangan jahat, barang telah terbawa pergi bersama dosanya.
Kau terlihat panik namun kau lebih mengkhawatirkanku yang jatuh lunglai, kau memelukku, dan menenangkanku seraya berkata "Ikhlaskan, mungkin saja Allah menggantinya dengan yang lebih baik". lalu aku bisa sedikit kuat dan tegar.
Tanpa berlarut dalam kesedihan kita bangkit mengawal jalannya hari dengan kesemangatan yang membara.

   Tak berlangsung lama Allah hadirkan lagi masa sulit itu bahkan jauh lebih indah dari sebelumnya. sebuah keputusanku untuk "bercadar"!
Apakah terdengar sangat ekstrim? (semoga saja tidak ya?)
Bagai mendung yang khas bercorak hitam pekat berarak mengengikutiku, hadirnya sangat bervariasi dari tiap celah sudut ada yang mencerca, dari tiap sudutnya ada yang menghujat, dari tiap sudutnya ada yang saling mengemukakan berbagai tudingan fitnah.
Belum pernah aku merasa menjadi manusia rendah saat  segala lontaran tak pernah ku balas dengan kata, aku mencoba selalu terlihat tegar dan baik-baik saja itu karena Sang Maha Pengasih memberikanku kekuatan juga dengan kehadiranmu  yang setia menghapus airmata dengan pelukan walau kenyataannya dibalik dinding kamar aku menangis sejadi-jadinya duduk tersimpuh mengadah keatas   mencurahkan sesaknya jiwa di dada menjerit keras tanpa  bersuara dan ku tau Rabbku menyaksikan semuanya. Hanya demi KeridhoanNya aku rela hina dimata makhlukNya yang Rabbku menamainya manusia. Allahul Musta'an..

   Detik waktu terus berbunyi berdentang keras perlahan yang pernah terjadi menyingsing hilang dengan hijrahnya kami ke luar kota disana kita bertahan dengan sedikit kenikmatan, Mungkin ketika itu Rabb kita sedang memberikan waktu untuk kita beristirahat sejenak,  bernapas dengan sangat leluasa
Alhamdulillaah 'ala kulli haal

   Suamiku, entah apa yang terjadi kepadamu. wajahmu kusut begitu muram, senyummu pun jarang kau  tampakan hingga kerap kali kita bertengkar hanya karena masalah sepele atau entah karena apa  pertengkaran itu semakin bergejolak besar membara tak satupun dari kita berhenti saling adu bicara. suamiku rupanya selama ini kau memendam masalahmu sendiri tanpa pernah mencurahkannya padaku, atau apa karena aku sibuk juga dengan masalahku? atau kita sama-sama tidak saling terbuka? ya disitulah akar permasalahannya, karena ketidakketerbukaan yang semua sisi tak saling memahami. begitulah.. pada akhirnya kita bisa lalui sedikit guncangan itu dengan kau membelikan es krim kesukaanku, itulah dirimu yang selalu bisa mengubah wajah masamku menjadi secarik senyuman

   Masih di sudut kota jakarta yang bising karena kepadatan kendaraannya kebanyakan dari perantau-perantau seperti kita yang terus berdatangan mencari peluang kerja.
Sadarkah kau ketika itu aku sering mencuri tatapan lamunanmu kala gelap malam tanpa pencahayaan? kau seakan tak berani mengatakan yang ingin kau katakan. apakah pesan itu akan menyakitkanku? dalam benak aku berkata tidak, semoga saja tidak!
Paginya kulihat kau memberanikan diri mengungkapkannya dengan bantuan aroma sejuk embun pagi kau pun mengatakannya tanpa jeda, dan aku telah sangat memahaminya, Bismillaah aku ikhlas suamiku.
Bukankah ini tantangan seru yang harus kita hadapi berikutnya? tak kalah asyiknya saat kita berdua bermain bad minton lalu aku kewalahan dan mulai merengek meminta kau yang harus kalah dalam permainan. (tetaplah seperti ini ya, karena aku suka,aku suk๐Ÿ˜„

   Diakhir bulan itu kita mengemasi barang-barang memutuskan tinggal di mes tempat kerja baru suamimu  yang bertembok pagar, bergenteng asbes, disaat hujan air masuk melaui celah-celah pagarnya, dan tidur hanya dengan beralaskan tikar tak hanya itu terkadang aku tidak bisa terlelap karena posisi tidurmu yang menambah sempit ruangan kecil itu. Subhanallaah indahnya kesederhanaan. ☺☺

   Tidak ada hidup tanpa masalah karena masalah adalah bumbu kehidupan
Tanpa masalah kelemahan takkan bisa sekuat baja, tanpa masalah kekuatan takkan bisa bertambah, kita akan selalu belajar dari masalah, oleh karena itu kami harus sangat siap akan kedatangannya.
waktu berjalan apa adanya kamu yang masih sibuk bersama antrian cuci steam. aku yang duduk sedari tadi  hanya bisa menatapmu bersama kepedihan, melihatmu tanpa lelah bekerja siang malam dengan lubang-lubang luka yang semakin hari kian menganga, menatap sebuah tangan yang selalu andil membantu dalam ketidakberdayaanku.
Tahukah kau wahai suamiku..
Dulu aku menyangka kau lemah. saat kau menangis dalam sholat malammu meminta kesembuhanku yang terbaring lemah dengan selang di tanganku juga perihnya luka ditubuhku.
Ternyata prasangkaku salah besar.. justru kau sangat kuat lebih dari perkiraanku, maafkan aku, aku menyayangimu suamiku (hiks) ๐Ÿ˜ญ
Meskipun jumlah uang yang didapat tidak besar aku tidak mempermasalahkannya, bahkan aku sering menyuruhmu agar mengurangi waktu kerjamu supaya lukamu cepat mengering, dan lekas sembuh namun kau tetap acuh seolah tak mendengarku. Apakah ini yang dinamakan pengorbanan? Entahlah..

   Masih dalam bingkai bilik mungil itu, tentang kita..
Aku tak mengira ternyata  Allah masih menyayangi kita disaat kita mulai jarang mendatangi majelis 'ilmu, tepatnya setelah subuh berlalu pencuri masuk menggeledah bilik mesku mengambil barang berharga sumber segala informasi dan kegiatan belajar 'ilmu "handphone" ya, handphone ku dicurinya tanpa melihat kondisiku yang mungkin lebih parah dari nasibnya..
Aku mencoba ikhlas, membuka lembaran baru dan lagi kamulah pemotivasiku agar tetap bersyukur disetiap keadaan. Alhamdulillaah 'ala kulli haal..
Terlupa dari semua itu aku bingung menyampaikan sesuatu yang terus mengganjal diotakku.  terlintas dipikiranku bagaimana bisa aku bertanya sedangkan aku tahu pasti kamu tidak bisa menjawabnya. rasa hati tak tega terlalu memaksamu mengucapkan jawabnya namun apa daya.. perutku terasa lapar, beras habis,  uang juga tidak ada lalu dengan apa supaya perut ini terisi? Allahu karim..

   Dengan kuasaNya, yang sangat tahu apa yang dibutuhkan hamba-hambaNya, Dia kirimkan seseorang yang baik membagikan sesuatu yang dia miliki tanpa aku memintanya, tanpa dia tahu apa yang sedang kualami. ๐Ÿ˜ž
3 hari kita bertahan hidup tanpa adanya lauk, walhamdulillaah kita masih mensyukuri nikmat itu.

   Kabar dari kampung halaman memutuskan kita tuk pulang. Tidak berarti kami menyerah pada keadaan.
Tubuh memiliki hak bilamana kita memaksa terus bekerja dalam keadaan raga yang tak berdaya tanpa sadar kita telah dzolim terhadap diri sendiri. Dan kita berlindung dari perbuatan dzolim itu.
Kita tak pernah menyangka kepulangan kita justru ada dibalik jawaban do'a, tak hentinya aku panjatkan syukurku Kepada Sang Maha Kaya, Sang Pemberi Rizki Ia menghadiahkan suamiku lewat tangan seseorang yang penyayang sebuah bangunan untuk kami jadikan tempat usaha tanpa jauh ke luar kota, tanpa harus berausah payah menggosok-gosok noda oli yang melekat pada sela-sela roda, tanpa harus beresiko terjepit mesin penggilingan, tanpa luka, tanpa bau, tanpa goresan, tanpa celaan, tanpa olokan
Apakah ini yang disebut buah dari kesabaran? Subhanallaah,  Maha Suci Engkau Ya Allah.. Telah Engkau beri Kami kenikmatan yang tak sebanding dengan kebaikan kami PadaMu Yaa Rabb.. Alhamdulillaah..

   Tentu tak berhenti sampai disini sayang.. kisah kasih kita cerita segala suka duka kita akan tetap berlanjut jangan pernah putus harapan karena kita memiliki Rabb yang Maha Agung.
Kita akan terus berjalan, berlayar ke tengah samudera melawan hantaman ombak, menerjang badai angin sampai ke titik pelabuhan terakhir, InsyaaAllah...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar